Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

20 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di Asia

II. Histeria Anti-Komunisme.

Di musim panas 1945, seusainya perang melawan Jerman, Pentagon memanggil dari Eropa seorang panglima yang terkemuka, Wakil Kepala Staf di bawah Eisenhower, Jenderal J.Lawton Collins. Sebelumnya, Collins telah memperingatkan, bahwa Perang Dunia ke III “akan segera meletus dan dimulai dengan serangan udara untuk memusnahkan Amerika”. Presiden Truman sangat hanyut oleh pikiran tentang tak terelakkannya perang dengan Uni Sovyet. Jenderal Omar Bradley, Kepala Staf Angkatan Bersenjata juga berpendapat, bahwa kemungkinan pecahnya perang baru telah muncul. Collins mengusulkan diselenggarakannya Latihan Militer Universal. Jenderal George Marshall, Kepala Staf Umum di masa perang yang sangat berpengaruh atas Truman dengan teguh mendorong pelaksanaannya. Berlangsunglah kampanye besar-besaran untuk Latihan Militer Universal. Dikobarkan keyakinan pada jutaan rakyat Amerika tentang kepastian munculnya bahaya peperangan baru. Walaupun ada yang membantah, bahwa Uni Sovyet tidak mempunyai bom atom dan tak akan mungkin membuatnya dalam beberapa tahun, hingga tak mungkin bisa memusnahkan Amerika dengan senjata konvensional. Tapi kalangan militer Amerika Serikat tetap bersikeras akan adanya bahaya serangan Uni Sovyet.

Bagaikan gelora prahara, histeria anti-komunisme melanda Amerika. Profesor D.F.Fleming menulis, bahwa “beberapa bulan sebelum kemenangan atas Jerman, dia dikejutkan oleh penemuan, bahwa sementara perwira telah bersiap-siap untuk berperang menghadapi Uni Sovyet. Mereka menganggap ini sebagai satu kepastian. Seluruh latihan profesional militer, sudah mendidik mereka untuk bersiap secara mental dan material melawan musuh yang paling mungkin. Setiap tentara harus mempunyai musuh, jika hendak punya kelangsungan hidup. Sekarang hanya ada satu musuh yang mungkin terdapat di dunia, maka tugas menghadapinya adalah sangat jelas. Situasinya sangat sederhana, tak pernah seperti ini sebelumnya. Tentu saja akan timbul bentrokan, terutama karena menurut mereka, musuhnya yang baru ini, sedang berani muncul ke depan, dengan ide-ide yang palsu dan tindakan-tindakan jahat.” (Cook, Fred J., 1962: 85.). Pikiran-pikiran ini didukung oleh para Big Business yang melihat eksistensi Uni Sovyet itu sendiri sebagai ancaman terhadap mereka. Maka setiap perluasan pengaruh Uni Sovyet dianggap sebagai tambahan ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka. Lebih-lebih lagi melihat pertumbuhan industri dan militer Uni Sovyet yang menakjubkan. Yang mereka anggap terancam bukan saja kedudukan, hak milik, bahkan way of life mereka. Ini tercermin dalam pidato Dr. Virgil Jordan, Presiden National Industrial Conference Board – satu organisasi yang disokong oleh korporasi-korporasi raksasa – di depan Union League Club di Philadelphia. Di antara 500 industrialis yang hadir, terdapat sejumlah industrialis utama Amerika. Dr Jordan mulai dengan mencela the New Deal – politik mandiang Presiden Roosevelt. Baginya, bahaya sudah sampai pada akan mendaratnya pasukan musuh di pantai-pantai Amerika, Uni Sovyet dengan komunismenya adalah demikian jahat sifat-sifat moral dan ekonominya. Dengan menempatkan Rusia sebagai bagian dari Asia, dia mengutuk despotisme Asia yang primitif, melarat, buas, yang kini bercokol sebagaimana Tamerlane atau Attila di atas puncak piramide tengkorak-tengkorak manusia. Dilukiskannya, bahwa Uni Sovyet adalah tidak lebih dari keangkaramurkaan, intrik-intrik, pembunuhan besar-besaran dan terorisme, dan Uni Sovyet itu adalah segala-galanya bangkrut, tetapi brutal, yang dengan sifat-sifat ini menggertak dan mengancam, dengan sekuat tenaga bersikeras maju membangun imperialisme komunis di seluruh Eropa, Asia dan Kutub Utara, hampir sampai ke pantai-pantai Amerika. Dia membayangkan, bahwa Amerika akan dipaksa menjalankan sistem Sovyet untuk selama-lamanya. Menurut Dr Jordan, yang dihadapi adalah dunia yang dikepung oleh para pengemis dan perampok, maka menghadapi kepungan yang demikian haruslah memilih secara drastis salah satu: “perbudakan sosialis” atau “kebebasan ekonomi”. Dan ini bukan hanya bagi Amerika, tapi untuk seluruh dunia. Amerika mempunyai alat-alat menentukan, berupa kekuatan militer dan industri. Rakyat Amerika harus siap menggunakan itu. Russia komunis harus tunduk, kalau tidak, dunia akan memusnahkannya. Amerika harus menjatuhkan bom-bom atom dengan cepat tanpa penyesalan, di mana saja Pax Americana menghadapi tantangan, di mana saja ada alasan untuk mencurigai adanya pengingkaran atau konspirasi. Kampanye anti-komunisme di Amerika berkembang menjadi histeria komunisto-fobi. Sampai-sampai J. Edgar Hoover, Kepala FBI, Badan Intelijen Dalam Negeri menyebarluaskan pemahamannya, bahwa “setiap komunis Amerika adalah dulu dan sekarang agen spionase Uni Sovyet." (Schrecker, Ellen, 1994:, from chapter 3).
J.Edgar Hoover menyebar luaskan pemahaman bahwa ajaran komunisme itu “mengancam kebahagiaan masyarakat, mengancam keselamatan setiap individu, mengancam ketenangan hidup di setiap rumahtangga dan tempat-tempat perapian. Ia akan menghancurkan perdamaian suatu negeri dan mendorong negeri itu masuk ke dalam kehidupan anarki dan tanpa hukum serta immoralitas yang tak bisa dibayangkan”. Disebarkannya pemahaman bahwa “Komunisme adalah ancaman utama bagi jaman kita. Dewasa ini, komunisme mengancam keberadaan peradaban Barat”. Bahwa “komunisme itu bukanlah hanya doktrin ekonomi, politik sosial atau filsafat. Ia adalah satu way of life , satu “agama” materialistik yang palsu. Ia akan melucuti seseorang dari kepercayaannya atas Tuhan, dari warisan kebebasan, kepercayaan akan cinta, keadilan dan rasa kasih. Di bawah komunisme, semuanya, sebagaimana yang sudah banyak terjadi, akan menjadi budak abad keduapuluh”. (Hoover, J. Edgar 1967: 6). Pemahaman Edgar Hoover yang menyesatkan ini menyebar ke banyak negeri, termasuk Indonesia; dan di mamah-biak oleh sementara kalangan anti-komunis.
Selanjutnya J.Edgar Hoover secara fitnah dan tak masuk akal memaparkan, bahwa “orang komunis mau mengontrol segala-galanya: di mana anda tinggal, di mana anda bekerja, berapa gaji anda, bagaimana anda berpikir, naik kendaraan apa anda kalau bepergian, bagaimana pendidikan anak-anak anda, apa yang anda tidak boleh dan yang harus anda baca. Secara jelimet, sampai-sampai tentang lonceng jam anda berbunyi di pagi hari atau berapa banyak cream kopi yang anda minum adalah diawasi oleh nagara. Mereka mau menjadikan “orang komunis” itu seorang boneka mekanik, yang dapat mereka latih menjadi seorang yang bertindak menurut keinginan parttai. Inilah tujuan terakhir komunisme” (Hoover, 1967: 9).

Ketakutan dan kengerian atas komunisme ini bukanlah ditujukan hanya terhadap URSS, tapi terhadap segala-galanya yang berbau komunis. Maka dikobarkan anggapan, bahwa bahaya komunisme telah merasuk ke Amerika. “Ketika awan perang dunia kedua mulai merendah, sebagian besar dari rakyat kita menjadi sadar, bahwa untuk pertama kali Amerika berhadapan dengan musuh di dalam negeri. Satu kemalangan dari jaman kita adalah, bahwa kini kita selalu perlu memeriksa kesetiaan orang Amerika. Dari catatan pemeriksaan ternyata adalah jelas: terdapat sementara orang, yang menggunakan hak-hak rakyat Amerika sebagai selubung untuk melindungi kegiatan pengkhianatan dan subversif” (Hoover, 1967: 291). Berkobarlah kecurigaan terhadap siapa saja yang dianggap membawa bahaya komunisme. Untuk membasmi bahaya komunisme, dipergunakan Smith Act yang diundangkan tahun 1940, undang-undang yang melarang suatu komplotan yang ingin menggulingkan pemerintah Amerika Serikat, yang ditujukan kepada setiap orang yang dicurigai. Tahun 1950 dikeluarkan Internal Security Act dan tahun 1954 dikeluarkan lagi Communist Control Act. Maka melalui pengadilan yang berlangsung hampir selama tahun 1949, sebelas dari duabelas anggota pimpinan nasional Partai Komunis Amerika dinyatakan bersalah. Yang keduabelas, William Z.Foster, karena sakit, tak diadili. Tindakan Pemerintah ini memberikan pukulan mematikan bagi Partai Komunis Amerika Serikat. Banyak pimpinan tertingginya ditangkap dan dipenjarakan. Yang lainnya hidup dalam ketakutan karena diancam akan ditangkap.
Kecurigaan begitu menggila-gila, hingga Kepala proyek pembikinan bom atom dicurigai menjadi agen komunis yang membocorkan rahasia bom atom kepada Uni Sovyet. Terjadilah tragedi hukuman mati terhadap sarjana atom Rosenberg sekeluarga. Bahkan di dalam Pemerintahan Truman dicurigai terdapat orang-orang yang bekerja untuk kepentingan komunisme, kepentingan URSS.

Pemahaman anti-komunis yang diuar-uarkan Dr Jordan dan Hoover itu menjalar ke banyak negeri termasuk Indonesia. Ketakutan dan kengerian akan hantu komunis di siang bolong dikumandangkan secara garang oleh kaum komunisto-fobi. Tokoh-tokoh Masjoemi adalah propagandis tangguh tentang hal ini. Sebagai penyambung lidah Dr Jordan dan Edgar Hoover, tokoh-tokoh Masjoemi menggunakan Islam melawan komunisme. M.Isa Anshary menulis: “MASJOEMI singkatan dari Madjlis Sjura Muslimin Indonesia adalah suatu Partai Politik Islam yang dibangunkan pada tanggal 7 Nopember 1945 dalam Muktamar Akbar Ummat Islam di Jogjakarta, memperjuangkan keyakinan politik Islam ialah melaksanakan Ajaran dan Hukum Islam dalam masyarakat dan Negara Republik Indonesia. Maka sesuai dengan tujuannya hendak melaksanakan Ajaran dan Hukum Islam itu, ia menolak dan menantang segala keyakinan hidup yang berlawanan dengan keyakinannya. Ia menolak dan menantang aliran dan ideologi Komunisme sebagai lawan dan musuhnya nomor satu.”. (Anshary, M.Isa: tt: 3). Tidak kalah dari pemahaman Edgar Hoover, dalam buku ini Isa Anshary memaparkan, bahwa komunisme itu menganut filsafat yang belum selesai, anti-Tuhan, anti agama, menjalankan hukum rimba, tanpa moral, memaksakan klassenstrijd (perang golongan), menjalankan pemerintahan teror, menciptakan neraka dunia, bersifat anti-demokrasi, anti-nasional, adalah imperialisme baru. Komunisme atau Marxisme sebenarnya adalah agama baru dan agama palsu yang memutar-balikkan pandangan hidup manusia” (Idem,:4 s/d 25).
Tokoh Masjoemi lainnya Mr Jusuf Wibisono menulis bahwa kaum komunis adalah anti agama, makanya Marx mengajarkan bahwa agama adalah candu bagi rakyat. Ajaran ini diterima dan dipraktekkan oleh Lenin di Russia. Sampai sekarang masih tercantum dengan huruf-huruf besar pada tembok dalam gereja Theotokos Iberia di Moskow. Dan dengan mengutip mentah-mentah isi buku pentolan anti-komunis O.O.Trullinger Red Banners Over Asia, Jusuf Wibisono memaparkan 10 pasal rencana aksi Front Demokrasi Rakyat yang antara lain berbunyi: “supaya melaksanakan perintah-perintah atau instruksi-instruksi dari Moskow atau dari daerah-daerah yang dikuasai Moskow pada saat yang psikhologis, sesuai dengan strategi Sovyet Uni; terlepas dari hal ini, harus diciptakan kemungkinan untuk minta intervensi langsung atau bantuan dari Sovyet Uni; menyiapkan perebutan kekuasaan negara (coup d’etat), supaya mendapat kekuasaan sepenuhnya atas alat-alat pemerintahan; harus dibantu dengan aktiviteit pemogokan secara besar-besaran; jika perlu, memaklumkan perang saudara, dimana tentara Sovyet dapat diminta bantuan untuk melindungi”. (Wibisono, Mr Jusuf, tt:.26-34).

Histeria anti-komunisme meningkat di Indonesia dalam pertengahan tahun limapuluhan sampai pada usaha memecahbelah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan suksesnya Konferensi Asia-Afrika di Bandung, dan kian berkembangnya pengaruh gerakan negara-negara non-blok mendemonstrasikan meningkatnya martabat politik Indonesia di dunia internasional. Kepeloporan Indonesia dalam perjuangan anti imperialisme dunia di bawah pimpinan Bung Karno merupakan duri di mata penguasa Amerika Serikat. Perkembangan ini berjalin erat dengan meningkatnya peranan politik PKI di Indonesia. Secara tertutup dan terang-terangan, CIA kian memainkan peranan mendukung kekuatan anti-komunis, hingga mendukung Permesta dan PRRI, gerakan anti Negara Kesatuan RI. Pemberontakan-pemberontakan ini adalah berlatar belakang anti-komunis yang kuat. Para pemimpin Masjoemi dan PSI jelas jemelas mendukung dan terlibat dalam pemberontakan-pemberontakan daerah PRRI-Permesta. Ketegasan Bung Karno membela Negara Kesatuan RI dengan dukungan penuh PKI menghasilkan ditumpasnya pemberontakan daerah ini.

Histeria anti-komunis itu tidak padam, tapi meningkat dan berkembang hingga lahirnya rezim fasis orba di bawah pimpinan Soeharto. Amerika Serikat adalah kekuatan sandaran dan pelindung rezim militer fasis yang menjerumuskan Indonesia ke jurang zaman jahiliyah. Dari negara yang bebas dan merdeka, di bawah kekuasaan rezim orba Soeharto, Indonesia menjadi tergantung pada Barat, terutama Amerika Serikat. Rezim orba Soeharto adalah kekuasaan fasis yang anti-komunis dan anti-nasional.
Soeharto terguling berkat gerakan rakyat yang mendambakan demokrasi dan kemerdekaan nasional. Tapi histeria anti-komunis tidaklah padam. Pemalsuan sejarah termasuk cara yang utama dalam memelihara dan menegakkan histeria anti-komunisme. Peristiwa Madiun dan Peristiwa 30 September 1965 adalah peristiwa-peristiwa sejarah yang jadi mata rantai pemalsuan sejarah.

“Cerita bohong mengenai penyiksaan dan pembunuhan terhadap para jenderal di Lubang Buaya oleh orang komunis yang kafir, memperkuat anggapan bahwa komunisme identik dengan moral bejat dan ateisme, dan menjadi landasan untuk menggalang kekuatan yang kemudian melancarkan pembunuhan di seluruh Indonesia” (Budiawan, 2004: 127-137)
Taufik Ismail, pembela tangguh kediktatoran orba Soeharto adalah propagandis anti-komunis yang tenar. Melebihi Edgar Hoover, Allan Dulles dan John Foster Dulles tokoh anti-komunis dunia, tidak ragu-ragu, Taufik Ismail mendongeng bahwa “Sepanjang sejarah manusia bertumpah darah di belahan dunia hingga Perang Dunia I-II, Perang Korea dan Vietnam, belum pernah ada satupun yang menandingi keganasan dan kekejaman Partai Komunis sedunia dalam pelanggaran HAM”. Sambil mengutip sejumlah buku lainnya karangan James Nihan, Rummel, dan Stephane Courtouis, yang mengupas kekejaman komunis, Taufik menyimpulkan “penganiayaan dan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) oleh Partai Marxis-Leninis, Stalinis, Maois se-dunia selama 74 tahun (1917-1991) telah membantai 100 juta manusia pada 76 negara”. "Jadi 100 juta manusia dibunuh sehingga rata-rata 1.350.000 orang per tahun, 3.702 orang sehari, 154 orang per jam, 2,5 orang permenit atau setiap 24 detiknya satu orang terbunuh oleh komunis," cetusnya. Taufiq juga mengingatkan Peristiwa Madiun 1948 dan terbunuhnya para jenderal pada 30 September 1965. "Dua kali kita mengalami perang saudara, 1948 dan 1965, berbunuhan sesama kita. Penyebab semua itu, dua penipu besar kemanusiaan bernama Karl Marx dan Vladimir Lenin”. "Maka mari kita tinggalkan dan tanggalkan ideologi lancung mereka itu," Taufik mengaku mual ketika membaca kekejaman Partai Komunis Cina dalam buku 9 Komentar Mengenai Partai Komunis; Partai Komunis Cina menggunakan cara "basmi total" membabat rumput sampai ke akarnya. "Bayangkan Partai Komunis Cina mengeksekusi, memenggal 13 kali dan 13 kepala berjatuhan ke tanah di depan anak-anak sekolah yang berjeritan, lalu membedah tubuh korban, mencabut jantungnya dan dimasak untuk pesta," urainya. “Lalu seorang ayah anti komunis dikuliti hidup-hidup, dituangi cuka dan asam sementara anak laki-lakinya diharuskan menonton sampai mati." “Lebih sadis lagi komunis membunuh bayi secara brutal, kaki kanan bayi diinjak lalu kaki kiri bayi ditarik sampai bayi itu sobek menjadi dua bagian. " papar Taufiq Ismail, mengutip kebiadaban Partai Komunis Cina pada halaman 172-208 buku 9 Komentar Mengenai Partai Komunis. (Ismail, Taufik, 2005).
Taufiq Ismail juga tampil memperkenalkan bukunya, Katastrofi Mendunia, Marxisma Leninisma Stalinisma Maoisma Narkoba, yang menceritakan kekejaman komunis di dunia. “Selama 74 tahun di 76 negara, partai yang sejatinya adalah kekerasan dan berdarah itu telah membantai 100 juta manusia”. "Di Indonesia, PKI mencoba kup dengan kekerasan berdarah sebanyak dua kali, 1948 dan 1965, tapi gagal. Partai itu berhasil besar menipu kita dan menghasut terjadi dua perang saudara di antara kita sebagai bangsa serta kini masih menyisakan rantai dendam yang panjang," kata Taufiq. 10). (Diskusi, 2005)

Histeria anti-komunis di Indonesia melebihi dari yang dianut di Amerika Serikat. Metodologi kaum komunisto-fobi Indonesia adalah memamah biak propaganda Edgar Hoover dan sebangsanya, penuh kebohongan, fitnah, menghasut kebencian, eklektika. Tanpa argumentasi yang masuk akal, dan bertentangan dengan kenyataan yang terjadi, bagi Taufik Ismail, Perisitiwa Madiun dan Peristiwa 30 September 1945 adalah dua perang saudara di Indonesia. Dengan fitnah terang-terangan menyatakan komunis membunuh satu orang setiap 24 detik. Tanpa sikap ilmiah yang harus dimiliki seorang intelek, menyatakan Marx dan Lenin adalah dua penipu besar kemanusiaan. Partai Komunis Tiongkok yang memimpin negara Republik Rakyat Tiongkok dengan seperlima penduduk dunia difitnah mengeksekusi memenggal 13 kali dan 13 kepala berjatuhan ke tanah di depan anak-anak sekolah yang berjeritan, lalu membedah tubuh korban, mencabut jantungnya dan dimasak untuk pesta; seorang ayah anti-komunis dikuliti hidup-hidup, dituangi cuka dan asam; sementara anak laki-lakinya diharuskan menonton sampai mati; menyatakan komunis membunuh bayi secara brutal, kaki kanan bayi diinjak lalu kaki kiri bayi ditarik sampai bayi itu sobek menjadi dua bagian”. Mengulangi ocehan Edgar Hoover, Taufik Ismail menyatakan Marxisme-Lenisme adalah ideologi yang lancung.
Adakah gerangan manusia berotak waras yang bisa mempercayai fitnah-fitnah Taufik Ismail ini ? Akan bisakah bangkrut Partai Komunis Tiongkok yang beranggotakan lebih dari tujuhpuluh lima juta orang itu dengan fitnah murahan Taufik Ismail Ini ? Dan akan punahkah gerangan gerakan komunis di dunia dengan anjuran pongah, supaya orang meninggalkan dan menanggalkan Marxisme-Leninisme yang menurut Taufik Ismail adalah Ideologi lancung Itu ?
Sejarah lah yang akan jadi hakim !

Sampai sekarang sementara kalangan di Indonesia masih mengidap histeria anti-komunisme. Histeria ini bukanlah fenomena Indonesia belaka. Dia berhubungan erat dan langsung bersumber pada histeria yang melanda Amerika. Doktrin Truman adalah akar histeria anti-komunisme dunia.

2 komentar:

  1. Coba cek disini agar analisanya fair dan ada kajian dalam situasi global : https://www.darkmoon.me/2011/crimes-of-the-bolsheviks/

    BalasHapus
  2. Atau bila kurang lengkap bisa barca disini : https://rense.com//general86/realholo.htm

    BalasHapus

Arsip Blog